30 Januari 2019

Predator Warrior PG Barracx, Tim dari Warnet yang Disegani di Tingkat Internasional

Buat yang menggeluti DOTA 2, pasti familiar dengan tim DOTA 2 bernama PG Barracx. Tapi pasti  belum banyak yang tahu hal-hal menarik di balik tim jagoan ini. Berawal dari sebuah iCafe di daerah Gambir, Jakarta Pusat,  tim ini terbentuk hingga menggunakan nama iCafe tersebut, yaitu Pondok Gaming Barracx. Awalnya, tim ini bernama Supernova, namun berganti-ganti nama hingga akhirnya menggunakan nama tetap.

Dapat predikat sebagai salah satu tim besar di Indonesia, faktanya PG Barracx divisi DOTA 2 ini diisi oleh deretan pemain yang masih muda, lho. Namun, para roster PG Barracx ini semuanya sudah menyelesaikan pendidikan mereka. Seperti contohnya Dhiery ‘SPACEMAN’ yang telah menyelesaikan perkuliahannya dan kini fokus untuk main di PG Barracx.

Mengenai hal ini, Manajer PG Barracx, Bonita, berbagai cerita kalau mereka memiliki alasan kenapa tim ini hanya menarik para pemain yang sudah lulus dari sekolah atau kuliah.

“Kita nggak mau ambil yang masih sekolah, sebetulnya takut ganggu education mereka. Karena mereka kan di asrama dan diatur harus latihan dari jam berapa sampai jam berapa,” tuturnya.

Dengan anggota yang sudah lulus dari sekolah, orangtua mereka akan lebih mendukung anaknya serius di dunia eSports. Untunya, para orangtua roster ini memang mendukung, lho! Terlebih lagi, dengan segala prestasi dan mengikuti turnamen kelas internasional, pastinya orangtua semakin memahami keseriusan dan konsisten anak-anaknya menjadi gamer.

Tinggal bareng membangun kekompakan

Yang namanya tim, pastilah kekompakan menjadi pilar utama menuju keberhasilan. Maka untuk mendapatkan kekompakan itu, seluruh roster PG Barracx yang terdiri dari BFL, SPACEMAN,  Huppey, Azura, Brishbrish, dan Ramz tinggal di dalam satu rumah yang disebut Bootcamp atau game house.

Hal ini dilakukan untuk menciptakan chemistry antar pemain. Bootcamp ini kini sudah berbentuk rumah, tidak bersatu lagi dengan warnet seperti yang sebelumnya. Bahkan dibuat juga peraturan yang berlaku agar anggotanya tetap tertib, lho, spAcer.

“Di tempat yang baru ini mereka lebih kompak, karena benar-benar rumah. Jadi, sekarang mereka makan pun harus di bawah. Kalau jamnya latihan, ya latihan, nggak ada yang naik turun ambil ini itu,” terang Bonita.



Pentingnya skill individu dan saling mendukung

Jago bermain dengan satu tim saja tidak akan cukup untuk membawa kemenangan. Dibutuhkan juga skill individu yang tinggi agar bisa membantu rekan satu tim memenangkan pertarungan. Seperti yang dilakuan PG Barracx, biasanya mereka bermain MMR (matchmaking ration) dikala tidak latihan untuk memperkirakan kemampuan setiap pemain.

Selain memanfaatkan waktu kosong dengan MMR, mereka kerap kali membahas bagaimana keberhasilan dan tidak berhasilnya ketika menggunakan hero saat kompetisi atau turnamen yang berlangsung sebelumnya.

“Dengan pembahasan seperti “ini lho, lo tuh salah di sini”. Nah, di situ mereka tuh sudah tahu kalau maksud teman-temannya itu bukan menyalahkan, tapi lebih kayak harus memperbaiki diri,” papar sang manajer.

So far, mereka kerja dari pembahasan dari in-game itu. Menang atau kalah, mereka pasti bahas tanpa harus kita (manajer) suruh,” lanjutnya.

Persiapan panjang sebelum turnamen

Untuk persiapan turnamen, PG Barracx punya cara sendiri nih, spAcer. Selain latihan seperti biasanya, dua minggu sebelumnya mereka akan melakukan latihan BO6 (best of 6) yang diadakan seminggu dua kali. Meskipun ada acara lain seperti pemotretan atau event, mereka tetap melakukan metode latihan BO6 tersebut menjadi satu kali seminggu.

Weekend kan biasanya off, ya. Tapi kalau mau ada turnamen, biasanya mereka (roster) mau ada latihan. Yaudah, saya sebagai manajer langsung mencari lawan.”

Sang manajer ini juga bercerita, kalau biasanya tiga minggu sebelum turnamen mulai, para roster sudah mulai lebih rajin latihan, membahas kesalahan dan kekurangan hingga menganalisa gameplay mereka.

Berkat semua kerja keras dan latihan itu lah yang membuat PG Barracx bisa masuk 4 besar WESG Indonesia Qualifier, menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia di South East Asia Cyber Arena, dan menjadi perwakilan Indonesia di Kontictun di Australia. Wah, hasil kerja keras memang tidak akan membohongi, ya!

Namun, di balik semua penghargaan dan pengalaman yang mereka jalani bersama, sang manajer punya cerita tentang pengalaman buruk selama turnamen. Tapi, ada juga hal baik yang bisa kita tiru, spAcer.

“Buruknya kalau kebawa emosi setelah kalah gitu ya, baper, kayak salah-salahan gitu. Good thing-nya, kalau emosi udah pada reda, lanjut latihan dan kembangin skill individu lagi.”

Misi yang belum tersampaikan

Entah itu kelompok maupun individu, pastinya harus punya dong misi, tujuan atau mimpi untuk terus maju dan tidak membatasi diri. Seperti itulah yang dilakukan tim ini. Meski sudah memenangkan beberapa turnamen hingga ke babak qualifier, ada salah satu misi yang harus dicapai, yaitu lolos ke final di turnamen The International.

“Kita sih ingin lolos untuk The International ya, itu yang belum kesampaian. Major, Minor, tunamen-turnamen seperti ESL,” kata Bonita.

Selain masuk ke turnamen kelas dunia, misi unik yang disampaikan manajer adalah para roster PG Barracx ini ingin banget mencari hiburan dengan pergi bareng ke Dufan, namun belum juga kesampaian karena padatnya jadwal latihan dan turnamen. A simple mission to find happiness!

Tips mengembangkan tim seperti PG Barracx

Manager PG Barracx juga membagikan tips untuk kamu yang ingin punya tim seperti ini. Pertama, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah mengembangkan skill individu dengan latihan solo rank atau nonton replay permainan dari tim profesional tingkat internasional. Kedua, tim juga harus unggul menarik perhatian para investor.

Terakhir, kata Bonita, latihan empat game setiap hari supaya agar menjadi acuan yang ampuh untuk individu dan tim dalam meningkatkan kekompakan tim.

Menjadi para prajurit Predator Warrior

Selain merasa bangga, menjadi The Troopers di Predator Warrior, ternyata membuat anggota PG Barracx semakin semangat terlibat di banyak event eSports. Hal ini, juga otomatis menjadi berita baik untuk fans mereka, yaitu Barracx Army.

Dan sudah pasti membuat roster tim ini bisa merasakan juga bagaimana perangkat gaming mumpuni yang dimiliki Acer. Soal ini, berdasarkan pengalaman mereka, spesifikasi desktop Predator yang oke dipakai game kelas berat.

“Kita sih suka desain dan speknya karena mereka suka main game yang butuh spek besar agar nggak lag, dan Predator tuh memadai banget,” akunya.

PB Barracx untuk eSports Indonesia

Sebagai salah satu tim gaming ternama di Indonesia, PG Barracx berharap Indonesia bisa mengundang tim internasional sekelas OG, EG, tim-tim besar China, dan Eropa.

“Mengundang tim profesional dari luar untuk membuktikan skill tim Indonesia yang dipandang rendah sama negara lain itu, ternyata mereka salah. Kita bisa lebih,” ucap Bonita yakin.

Meskipun saat ini banyak penyelenggara acara eSports di Indonesia sudah semakin baik, namun masih ada yang dinilainya kurang informatif serta fasilitas dan kenyaman yang diberikan ke tim juga kurang.

Menanggapi kekurangan penyenggalara acara tersebut, para manajer biasanya mencoba untuk membuat roster di tim mereka tetap tenang agar performa in-game nanti saat bertanding tidak terganggu.

“Kita selalu bilang, kalau ada kendala apa-apa, kita akan urus dan selama ini ya lancar-lacar aja. Kalaupun ada kendala tetap lancar,” tutup Bonita.

So, seperti itulah cerita PG Barracx dalam eksistensinya di kancah eSports Indonesia. Jangan lupa follow Facebook mereka PondokGaming Barracx dan Instagram @pg.barracx supaya mengenal lebih dekat, ya.

Baca juga: Dimas Dejet, Caster Senior yang Semakin Sibuk di Balik Layar

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya