14 Agustus 2023
Penerapan Metode Nano Learning untuk Mengatasi Kebosanan Belajar Siswa
Meningkatnya penggunaan media sosial di berbagai kalangan, telah melahirkan banyak metode baru yang berguna di berbagai bidang kehidupan. Misalnya, di bidang marketing, muncul berbagai metode baru, seperti social media marketing dan KOL marketing. Di bidang pendidikan, muncul juga metode pembelajaran baru yang berhubungan dengan media sosial, yaitu metode nano learning. Apa itu metode nano learning?
Pengertian Metode Nano Learning
Nano learning adalah sebuah metode pembelajaran yang didesain untuk membantu individu memahami suatu topik melalui input yang kecil dengan durasi singkat. Metode ini sering disebut juga dengan istilah bite-sized learning karena topik pembelajaran akan diberikan dalam ukuran bite-size supaya lebih mudah dicerna oleh peserta didik. Kunci utama dari metode pembelajaran ini adalah untuk memberikan materi dalam bentuk yang simple dan singkat, namun tetap menarik.
Munculnya konsep nano learning dilatarbelakangi oleh banyaknya konten-konten media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube yang umumnya berupa video berdurasi pendek atau gambar dengan copy yang singkat, padat, dan jelas. Konten-konten bite-sized di media sosial ini terbukti efektif untuk menarik perhatian banyak pengguna media sosial karena mereka bisa memperoleh informasi dengan cepat dan bisa segera berpindah ke konten-konten yang lainnya. Hal ini kemudian menginspirasi para tenaga pengajar untuk menerapkan konsep yang serupa dalam bidang pendidikan.
Perbedaan Micro Learning dengan Nano Learning
Selain nano learning, ada juga metode pembelajaran yang serupa yaitu micro learning. Keduanya sama-sama memiliki konsep memberikan materi ajar dalam ukuran kecil atau bite-sized, namun keduanya memiliki perbedaan dari segi durasi. Durasi konten pembelajaran pada metode nano learning lebih singkat dibandingkan micro learning. Umumnya konten nano learning berdurasi sekitar 1-3 menit, sedangkan konten micro learning berdurasi sekitar 3-10 menit.
Pro Kontra Nano Learning
Meskipun metode nano learning merupakan metode belajar modern yang cocok untuk generasi muda saat ini, namun penggunaan metode ini tetap memunculkan beberapa pro kontra di kalangan masyarakat. Banyak pihak yang mendukung penggunaan nano learning dalam pembelajaran karena metode ini dianggap lebih efektif untuk mempertahankan konsentrasi siswa saat belajar. Konten pembelajaran nano learning yang berdurasi pendek mampu mengatasi kebosanan belajar yang dialami oleh siswa. Selain itu, penerapan nano learning juga memungkinkan siswa untuk memperoleh informasi secara cepat, sehingga mereka bisa mempelajari banyak topik dalam waktu yang lebih singkat.
Namun, di sisi lain, metode nano learning juga memunculkan pihak-pihak yang kontra karena metode ini dianggap memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan metode nano learning adalah dapat menyebabkan attention span siswa semakin pendek dan berkurang. Hal ini membuat siswa menjadi susah fokus dan gampang terdistraksi. Siswa jadi malas untuk menonton konten dengan durasi yang panjang karena terbiasa mengkonsumsi konten dengan durasi pendek. Selain itu, siswa juga jadi malas membaca buku karena kegiatan membaca membutuhkan waktu yang cenderung lebih lama serta tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan menonton konten berdurasi pendek.
Tahapan Strategi Penerapan Nano Learning
Untuk menerapkan metode nano learning, guru dapat mengikuti tahapan strategi sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
Guru perlu menentukan secara jelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui nano learning. Tujuan pembelajaran ini meliputi topik, keterampilan, atau perilaku tertentu yang diharapkan dapat dipahami oleh siswa melalui penerapan metode nano learning.
2. Melakukan segmentasi materi
Setelah menentukan tujuan, guru bisa mulai melakukan segmentasi terhadap materi dari topik yang ingin dibahas. Misalnya, guru ingin membahas topik Tata Surya untuk siswa tingkat SD. Maka, guru bisa mengidentifikasi materi apa saja mengenai Tata Surya yang perlu dipelajari oleh siswa SD. Lalu, dari seluruh materi yang ada, guru bisa melakukan segmentasi dan mengurutkan materi mana yang harus dipelajari terlebih dahulu dan materi mana yang harus dipelajari pada sesi selanjutnya.
3. Menentukan format konten
Berikutnya, guru bisa menentukan format konten yang akan dibuat. Misalnya, konten dibuat dalam bentuk video pendek berdurasi 1 menit. Selain itu, konten juga bisa dibuat dalam format lainnya, misalnya gambar, infografik, teks rangkuman, kuis, podcast singkat, dan sebagainya.
4. Membuat konten pembelajaran
Selanjutnya, guru bisa mulai membuat konten pembelajaran yang mencakup topik atau pengetahuan yang ingin dipelajari sesuai dengan format yang sudah direncanakan. Hal penting yang perlu diingat adalah konten nano learning harus singkat, padat, dan jelas. Usahakan konten yang dibuat menarik, memiliki durasi yang tidak lebih dari 3 menit, dan relevan dengan kebutuhan peserta didik.
5. Menentukan aksesibilitas konten
Setelah konten dibuat, kemudian guru bisa menentukan bagaimana cara menyalurkan konten tersebut kepada para siswa agar mudah diakses. Misalnya, konten di-upload di media sosial seperti Tiktok, Instagram, atau YouTube. Selain itu, konten juga bisa di-upload di learning management system (LMS) yang digunakan sekolah agar siswa dapat melihat dan men-download konten tersebut untuk dipelajari.
6. Meminta feedback dari siswa
Pada tahap terakhir, guru bisa meminta feedback dari para siswa mengenai konten yang sudah diterima. Feedback dari siswa dapat menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas konten nano learning yang akan dibuat oleh guru pada pembelajaran selanjutnya.
Salah satu cara paling efektif untuk menerapkan metode nano learning dalam pembelajaran adalah dengan memanfaatkan LMS seperti Jelajah Ilmu sebagai media penyalur konten-konten berukuran bite-sized. Jelajah Ilmu merupakan LMS modern dengan fitur terlengkap yang banyak digunakan oleh satuan pendidikan sebagai media pembelajaran. LMS ini sangat cocok digunakan bagi siswa Gen Z yang dalam kesehariannya banyak terpapar kemajuan teknologi.
Penggunaan LMS sebagai media nano learning dipercaya lebih efektif dibandingkan media sosial karena media sosial dapat membuat siswa terdistraksi dengan konten-konten lainnya yang tidak berhubungan dengan topik yang sedang dipelajari. Sementara itu, LMS memiliki ruang yang lebih eksklusif khusus untuk pembelajaran, sehingga siswa tidak akan terdistraksi dengan hal-hal lainnya.
Di Jelajah Ilmu, terdapat juga fitur Ruang Obrolan yang dapat digunakan siswa dan guru untuk saling berdiskusi mengenai berbagai topik, termasuk topik konten nano learning yang telah dipelajari bersama. Dari diskusi ini, diharapkan siswa dapat melatih kemampuan berpikir kritis mereka serta kemampuan berkomunikasi dengan sesama. Bagi guru yang ingin menerapkan metode nano learning di sekolah, sangat disarankan untuk menggunakan LMS Jelajah Ilmu yang dilengkapi berbagai fitur modern dan canggih.