10 Desember 2024
Kelanjutan Kurikulum Merdeka di Tangan Menteri Pendidikan yang Baru
Kurikulum Merdeka, yang menjadi salah satu inovasi besar dalam sistem pendidikan Indonesia, kini tengah berada di tangan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) yang baru, yakni Prof. Abdul Mu'ti. Sejak diterapkan secara nasional pada akhir Maret 2024, kurikulum ini banyak memicu pro-kontra, baik dari segi implementasi, efektivitas, maupun tantangan yang dihadapi di lapangan. Dengan pergantian kepemimpinan di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, muncul pertanyaan penting: apakah Kurikulum Merdeka akan tetap dilanjutkan, dimodifikasi, atau digantikan dengan kurikulum baru? Untuk mengetahui selengkapnya, simak pembahasan dalam artikel berikut ini!
Kajian Ulang oleh Mendikdasmen Baru
Prof. Abdul Mu'ti, dalam berbagai pernyataan publiknya, menekankan pentingnya pendekatan yang hati-hati dalam mengambil kebijakan, khususnya terkait Kurikulum Merdeka. Menurutnya, meskipun kurikulum ini sudah diterapkan secara nasional, pemerataan implementasinya masih menjadi tantangan besar. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menunjukkan bahwa sekitar 95 persen sekolah, khususnya di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), telah menerapkan Kurikulum Merdeka. Namun, ada beberapa daerah yang masih tertinggal, terutama di wilayah dengan akses informasi dan infrastruktur yang minim.
Mengingat kondisi tersebut, Prof. Mu'ti berencana untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap Kurikulum Merdeka sebelum menentukan langkah selanjutnya. Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar dapat memberikan dampak positif bagi seluruh pelajar di Indonesia, tanpa terkecuali. Selain itu, Prof. Mu'ti juga menyebutkan bahwa pergantian kurikulum tidak bisa dilakukan di tengah-tengah masa tahun ajaran, sehingga apabila nanti ada perubahan yang akan dilakukan, maka harus menunggu tahun ajaran baru terlebih dahulu, yakni tahun ajaran 2025/2026.
Tantangan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Meskipun Kurikulum Merdeka telah mendapatkan banyak apresiasi, tantangan dalam implementasinya tidak dapat diabaikan. Salah satu kendala utama adalah kesenjangan infrastruktur dan akses informasi. Beberapa daerah di Indonesia masih menghadapi masalah keterbatasan sinyal internet, sehingga penerapan teknologi pendidikan yang menjadi salah satu pilar Kurikulum Merdeka belum dapat berjalan dengan optimal.
Selain itu, ada pula tantangan dalam hal kesiapan guru dan siswa. Kurikulum Merdeka menuntut para guru untuk memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel. Di sisi lain, siswa juga harus terbiasa dengan pola belajar yang menekankan pada pengembangan kreativitas dan kemandirian.
Menurut Yogi Anggraena, Pelaksana tugas Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, dibutuhkan upaya ekstra untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pendidik di seluruh daerah agar penerapan kurikulum ini bisa mencapai 100 persen.
Baca juga: Chromebook Spin 311, Ringan dan Cocok Untuk Pelajar!
Deep Learning Sebagai Pendekatan Pembelajaran Baru
Selain mengevaluasi Kurikulum Merdeka, Mendikdasmen juga berencana untuk memperkenalkan pendekatan pembelajaran baru yang disebut Deep Learning. Deep Learning yang dimaksud di sini berbeda dengan istilah yang terkait dengan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Dalam konteks pendidikan, Deep Learning mengacu pada sebuah metode pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep secara mendalam dengan cakupan materi yang lebih sempit. Cakupan materi yang lebih sempit ini bertujuan agar siswa dapat memahami suatu topik secara mendalam terlebih dahulu sebelum berpindah pada topik lainnya yang lebih lebar.
Konsep Deep Learning bertolak belakang dengan Surface Learning, yang lebih berfokus pada penghafalan materi tanpa memberikan ruang bagi siswa untuk memahami dan menguasai konsep secara mendalam. Dengan pendekatan Deep Learning, siswa diajak untuk lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Mereka tidak hanya belajar untuk menguasai fakta, tetapi juga mampu mengeksplorasi dan memaknai materi yang dipelajari.
Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan, sehingga siswa dapat memahami konsep dengan lebih baik dan menerapkannya dalam kehidupan nyata. Namun, keberhasilan pendekatan ini sangat bergantung pada kesiapan guru dan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Masa Depan Kurikulum Merdeka: Dilanjutkan atau Diganti?
Keputusan mengenai kelanjutan Kurikulum Merdeka akan sangat bergantung pada hasil evaluasi yang dilakukan oleh Mendikdasmen. Beberapa skenario yang mungkin terjadi meliputi:
a. Melanjutkan Kurikulum Merdeka dengan Perbaikan
Jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka memiliki dampak positif yang signifikan, maka kemungkinan besar kurikulum ini akan tetap dilanjutkan dengan beberapa perbaikan. Perbaikan tersebut dapat mencakup peningkatan pelatihan guru, penyediaan infrastruktur di daerah terpencil, serta penyesuaian materi pembelajaran agar lebih sesuai dengan kebutuhan siswa.
b. Mengganti Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Baru atau Kembali ke Kurikulum Sebelumnya
Jika ternyata Kurikulum Merdeka dianggap kurang efektif atau sulit diimplementasikan secara merata, maka ada kemungkinan kurikulum ini akan digantikan dengan kurikulum baru atau justru akan kembali pada kurikulum yang sebelumnya digunakan, yakni Kurikulum 2013.
c. Mengintegrasikan Kurikulum Merdeka dengan Pendekatan Deep Learning
Dengan adanya rencana penerapan Deep Learning, Mendikdasmen kemungkinan akan memilih untuk mengintegrasikan pendekatan ini ke dalam Kurikulum Merdeka. Hal ini dapat menjadi solusi yang menarik, karena Deep Learning memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tanpa harus mengganti kurikulum secara keseluruhan.
Perlu diingat bahwa poin-poin di atas masih berupa skenario yang mungkin terjadi. Untuk saat ini, Mendikdasmen masih belum menyatakan secara pasti keputusan apa yang akan diambil karena timnya masih melakukan evaluasi dan kajian secara mendalam.
Persiapan Menuju Tahun Ajaran 2025/2026
Apapun keputusan yang diambil nantinya, baik siswa maupun guru perlu mempersiapkan diri dengan matang untuk menyambut tahun ajaran baru 2025/2026. Terlebih dalam era digital seperti saat ini, teknologi pendidikan akan terus memainkan peran penting dalam mendukung proses pembelajaran. Oleh karena itu, siswa dan guru ke depannya akan tetap membutuhkan dukungan perangkat teknologi terlepas dari apapun kebijakan yang akan diambil pemerintah.
Salah satu perangkat yang direkomendasikan untuk mendukung kinerja siswa dan guru adalah Acer Chromebook. Produk-produk Chromebook dari Acer dirancang khusus untuk mendukung pembelajaran berbasis teknologi dengan fitur-fitur canggih, seperti akses cepat ke aplikasi pendidikan, daya tahan baterai yang lama, serta desain yang ringan dan portable.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai produk Chromebook Acer, pengguna dapat mengunjungi situs resmi acerid.com. Anda juga bisa menghubungi Acer melalui https://www.acerid.com/bisnis/hubungikami atau melalui email ke ain.commercial@acer.com.