16 November 2021
Apakah Homeschooling akan Menjadi Masa Depan Pendidikan Pasca-Pandemi?
Pandemi COVID-19 telah merubah sistem pendidikan hampir di seluruh dunia. Sebelumnya, sekolah dilakukan dengan pembelajaran tatap muka di kelas, namun kini banyak sekolah yang memutuskan untuk melakukan sistem pembelajaran jarak jauh atau online untuk mengurangi penyebaran COVID-19.
Akibatnya, pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi terkait lainnya harus merubah sejumlah kebijakan dan sistem proses pembelajaran siswa agar tetap dapat melangsungkan proses pembelajaran selama masa pandemi.
Akan tetapi sistem pembelajaran online ini menuai pro dan kontra di antara masyarakat. Anak-anak sering kali mengeluh karena terlalu lelah menatap layar gadget dan tak jarang juga mereka tidak memahami pembelajaran di kelas dengan baik. Di sisi lain, orang tua juga merasa bahwa pembelajaran online memiliki efektivitas yang rendah bagi anak mereka.
Oleh karena itu, banyak orang tua yang merasa khawatir terhadap pendidikan anak-anaknya dan mulai memikirkan untuk mengganti pendidikan anak dengan homeschooling.
Baca Juga: Sekolah Ramah Anak Sebagai Pilihan Ideal dan Aman untuk Belajar Anak
Apa Itu Homeschooling?
Berbeda dengan sekolah konvensional pada umumnya yang mengharuskan anak-anak untuk pergi ke sekolah, homeschooling (sekolahrumah) merupakan sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan dapat dilakukan di rumah.
Dalam hal ini orang tua memiliki tanggung jawab dan tugas penting sebagai pengawas serta pemberi materi pendidikan untuk anak. Materi yang diberikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan, minat, serta bakat anak.
Selain itu, homeschooling juga menawarkan kebebasan kepada orang tua dan anak untuk menciptakan suasana dan kondisi belajar yang mereka inginkan, dengan tujuan untuk membuat pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
Adapun alasan orang tua atau keluarga memilih untuk memberikan pendidikan homeschooling kepada anak mereka karena adanya ketidakpuasan dengan pilihan pendidikan yang tersedia, alasan pribadi, perbedaan filosofi agama atau pendidikan, atau adanya keyakinan bahwa anak-anak tidak dapat berkembang dalam struktur sekolah konvensional.
Di Indonesia sendiri pendidikan homeschooling sudah diakui secara legal oleh pemerintah, yang dijamin dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal. Dengan demikian, anak-anak lulusan homeschooling tetap diakui dan dianggap setara dengan anak-anak yang mengikuti pendidikan formal.
Sementara ketentuan lebih lanjut tentang pendidikan homeschooling diatur dalam Permendikbud 129 Tahun 2014 Tentang Sekolahrumah. Berdasarkan peraturan tersebut, sekolahrumah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Sekolah rumah Tunggal: Layanan pendidikan berbasis keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua dalam satu keluarga untuk peserta didik dan tidak bergabung dengan keluarga lain yang menerapkan sekolahrumah tunggal lainnya.
- Sekolah rumah Majemuk: Layanan pendidikan berbasis lingkungan yang diselenggarakan oleh orang tua dari 2 (dua) atau lebih keluarga lain dengan melakukan 1 (satu) atau lebih kegiatan pembelajaran bersama dan kegiatan pembelajaran inti tetap dilaksanakan dalam keluarga.
- Sekolah rumah Komunitas: Kelompok belajar berbasis gabungan sekolahrumah majemuk yang menyelenggarakan pembelajaran bersama berdasarkan silabus, fasilitas belajar, waktu pembelajaran, dan bahan ajar yang disusun bersama oleh sekolahrumah majemuk bagi anak-anak sekolahrumah, termasuk menentukan beberapa kegiatan pembelajaran yang meliputi olahraga, musik/seni, bahasa dan lainnya.
Dengan demikian, homeschooling bukan merupakan lembaga atau institusi pendidikan non-formal, melainkan pendidikan informal.
Akan tetapi, saat ini terdapat banyak lembaga pendidikan non-formal dengan label “homeschooling”, di mana mereka bertanggung jawab atas proses pendidikan anak layaknya sekolah formal. Hanya saja lembaga tersebut memberikan kebebasan bagi siswa untuk dapat memilih pelajaran dan jadwal sekolah yang mereka inginkan.
Keuntungan dan Kerugian Homeschooling Dibandingkan Sekolah Umum?
Perdebatan tentang keuntungan dan kerugian homeschooling masih menjadi problematika di antara masyarakat, khususnya para orang tua yang akan menyekolahkan anak-anak mereka. Ada banyak prasangka tentang bagaimana pendidikan yang diperoleh oleh pesekolahrumah atau homeschooler.
Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang melakukan pembelajaran di rumah tetap memiliki kinerja yang baik saat mengikuti standar ujian, unggul di perguruan tinggi, menjadi pelajar mandiri, dan dapat berhasil di masa depan.
Orang tua dapat mempertimbangkan pilihan homeschooling untuk anak dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian homeschooling dibandingkan dengan sekolah konvensional.
Baca Juga: Solusi Teknologi sebagai Enabler Terhadap Transformasi Digital Dunia Pendidikan
Berikut adalah kelebihan dan kekurangan pendidikan homeschooling untuk anak.
Kelebihan Homeschooling
- Adanya kebebasan untuk memilih
Tidak seperti pendidikan konvensional yang memiliki kurikulum dan jadwal pelajaran yang sudah ditentukan oleh lembaga pendidikan dan pemerintah, pendidikan homeschooling dapat memberikan kebebasan untuk anak dan orang tua memilih materi yang akan dipelajari dan kapan waktu pembelajaran dilakukan.
Dengan demikian, orang tua dapat menyesuaikan materi dan jadwal pelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak. Sehingga kegiatan belajar menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
- Anak memiliki lebih banyak waktu untuk istirahat
Lembaga pendidikan formal umumnya memiliki jadwal sekolah yang ketat dan cukup melelahkan bagi anak-anak. Namun ini tidak berlaku bagi pendidikan homeschooling. Orang tua dapat menyesuaikan waktu belajar dan waktu istirahat anak sesuai dengan kebutuhan. Dengan begitu, anak-anak akan memiliki waktu istirahat yang cukup.
- Meningkatkan produktivitas anak
Sebagian besar kelas di sekolah memiliki satu guru untuk setiap 20 hingga 30 anak. Akibatnya, kelas sering kali menjadi tidak kondusif dan guru lebih banyak memberikan pekerjaan rumah.
Hal ini berbeda dengan pengaturan pendidikan homeschooling, yaitu orang tua dapat meningkatkan produktivitas saat pembelajaran. Sehingga anak dapat menjadi lebih fokus dan lebih produktif.
- Adanya peningkatan keamanan emosional dan fisik anak
Saat ini ancaman keamanan emosional dan fisik pada anak menjadi salah satu masalah yang kerap kali ditemukan dalam sekolah konvensional, seperti persaingan dan perundungan. Hal ini kemudian menjadi kekhawatiran yang serius bagi orang tua.
Akan tetapi, orang tua yang memilih homeschooling dapat meminimalisir terjadinya risiko keamanan emosional dan fisik pada anak dengan memberikan pengawasan penuh pada anak mereka.
- Hubungan anak dan orang tua menjadi lebih baik
Pendidikan homeschooling akan membuat anak dan orang tua menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Akibatnya, mereka dapat lebih mengenal satu sama lain dan dapat melakukan pendekatan dengan lebih baik.
Kekurangan Homeschooling
- Ruang lingkup anak menjadi lebih terbatas
Salah satu kekurangan utama homeschooling adalah terbatasnya ruang lingkup anak. Jika anak-anak pada umumnya memiliki ruang lingkup pergaulan dan pertemanan yang lebih luas di sekolah, maka ini tidak berlaku bagi semua anak homeschooling.
Homeschooler umumnya memiliki lingkaran sosial yang lebih kecil dibandingkan anak-anak lainnya. Namun, tidak semua homeschooler memiliki ruang lingkup yang terbatas, beberapa anak mungkin akan memiliki kemampuan sosial yang sangat baik. Sehingga mereka tetap dapat memiliki ruang lingkup yang lebih besar.
- Kurangnya fasilitas penunjang pembelajaran
Anak-anak yang menempuh pendidikan homeschooling umumnya tidak mendapatkan fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar seperti anak-anak sekolah formal.
Misalnya, laboratorium lengkap dengan alat peraga, fasilitas olahraga, perpustakaan dengan berbagai jenis buku, dan lain sebagainya. Ini kemudian membuat orang tua perlu menyiapkan dana lebih untuk dapat membuat anak mereka menikmati fasilitas tersebut.
- Orang tua membutuhkan usaha ekstra
Orang tua harus melakukan usaha ekstra untuk memberikan pendidikan pada anak-anak mereka saat homeschooling. Seperti menyiapkan bahan ajar, memahami materi, menyusun metode pembelajaran yang menyenangkan.
Hal ini kemudian dapat menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua saat memutuskan pendidikan homeschooling bagi anak.
Baca Juga: Belajar dari suksesnya sistem pendidikan dasar dan menengah di Jepang untuk pendidikan di Indonesia
Seperti Apa Homeschooling Pasca-Pandemi?
Pandemi telah merubah berbagai aspek kehidupan, termasuk di antaranya adalah pendidikan. Saat ini masyarakat diminta untuk mengurangi mobilitas guna mengurangi penyebaran COVID-19. Akibatnya, jutaan siswa di dunia melakukan kegiatan belajar-mengajar secara online dari rumah.
Ini kemudian membuat hybrid learning (campuran antara tatap muka dan online) dan homeschooling menjadi model pembelajaran yang paling menonjol selama masa pandemi. Di mana keduanya sama-sama dilakukan dari rumah, baik secara paruh waktu ataupun penuh waktu.
Lalu, apakah homeschooling akan menjadi model pembelajaran yang semakin diminati di masa depan?
Michael Q. McShane dalam bukunya yang berjudul Hybrid Homeschooling: A Guide to the Future of Education mengungkapkan bahwasanya hybrid homeschooling dapat dijadikan opsi pendidikan yang tepat di tahun-tahun mendatang.
Menurut dokumen McShane, sebelum pandemi terdapat 10% orang tua di Amerika Serikat menunjukkan keinginan untuk memilih homeschooling bagi anak-anak mereka. Kemudian data survei EdChoice pada Februari 2021 menunjukkan bahwa 44% orang tua akan lebih memilih hybrid learning berbasis rumah dan sekolah di masa depan, dengan asumsi bahwa hybrid homeschooling tersedia, dan 10% di antaranya lebih memilih untuk melanjutkan homeschooling di tahun-tahun yang akan datang.
Peningkatan ini disebabkan karena adanya potensi hybrid homeschooling yang dapat membuat homeschooling menjadi lebih mudah diakses oleh banyak keluarga, yaitu dengan mengurangi biaya atau menghilangkan tantangan logistik yang dialami orang tua saat mengasuh anak mereka.
Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa model hybrid homeschooling dan homeschooling bisa menjadi masa depan pendidikan pasca-pandemi. Hal ini juga beriringan dengan peningkatan minat orang tua dan disrupsi teknologi yang dapat mempermudah akses pendidikan melalui kedua model tersebut.