6 September 2022

Tren Keamanan Siber 2021 yang Perlu Anda Tahu

Masa pandemi COVID-19 membuat kebiasaan baru di masyarakat untuk melakukan aktivitas di rumah secara daring. Ini berarti, sebagian besar aktivitas Anda bersentuhan dengan teknologi. Keadaan ini juga diiringi dengan kemajuan digitalisasi. Artinya, uji ketahanan digital harus jadi perhatian, terutama perusahaan besar yang mengelola Big Data. Data konsumen yang setiap harinya bertransaksi, berbelanja, atau mencari hiburan wajib didukung keamanannya agar terhindar dari risiko serangan siber. Keadaan tersebut tak hanya terjadi pada tahun ini, tapi juga masih dirasakan hingga beberapa tahun ke depan. Lalu, apa sebenarnya yang akan dihadapi para pegiat internet hingga perusahaan besar pada 2021? Berikut tren keamanan siber 2021 yang perlu diperhatikan.

Banyaknya Data Pribadi yang Tersebar

Keadaan New Normal membuat semua orang harus memiliki jejak kontak atau contact tracing ketika datang ke suatu tempat. Sebagian orang yang melakukan perjalanan tentu dimintai data pendukung yang lebih detail dibanding sebelum pandemi. Demi kebutuhan tracing, masyarakat perlu memberikan informasi pribadi, seperti nama lengkap, nomor telepon, lokasi, dan sebagainya.

Kebiasaan ini ada pada tempat-tempat tertentu, seperti rumah makan, bioskop, café, mall, dan tempat umum lainnya. Tentunya, harus ada kerja sama dengan pemerintah, agar data konsumen tetap terjaga sekaligus pelacakan kontak yang ketat demi kurva pandemi yang landai. Riset yang diadakan oleh Future Market Insights memprediksi aplikasi contact tracing akan diluncurkan dengan tingkat 15% tiap tahunnya. Selain layanan publik resmi, inisiatif dari sektor swasta juga hadir mendukung upaya pemerintah.

Baca juga: Tren Bisnis Masa Kini, Seperti Apa di 2021?

Risiko Keamanan pada Penerapan Work from Home

Sebagian besar perusahaan masih menerapkan sistem work from home (WFH) yang tentunya mendorong transformasi digital. Demi kenyamanan karyawan, perusahaan besar biasanya mendukung dengan teknologi cloud computing. Pendapat dari Sean Duca, praktisi TI Palo Alto, mengatakan bahwa solusinya dengan adopsi tools berbasis cloud, seperti pengadaan infrastruktur virtualisasi desktop.

Poin yang membuatnya makin relevan saat ini adalah perubahan tingkah-laku pengguna. Orang-orang ingin menggunakan perangkat miliknya sendiri (tidak berbasis PC) dan ingin dapat bekerja dari mana saja. Perangkat-perangkat seperti itu harus didukung oleh TI demi keamanan siber. Maka dari itu, virtualisasi desktop untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sambil mempertahankan kendali perlu jadi pertimbangan perusahaan besar.

Peningkatan Sistem Cloud

Transformasi cloud computing bukan lagi untuk mendukung tugas dasar, seperti kirim-kirim email saja, tapi juga mendukung aktivitas virtual lain di masa mendatang. Lebih jauh dari itu, juga mendorong perusahaan untuk melakukan peninjauan terhadap sistem keamanan cloud yang digunakan. Dengan peningkatan sistem cloud, kesalahan yang terjadi pada konfigurasi identitas di cloud bisa diminimalisir bahkan dihindari. Tim keamanan siber perusahaan diharapkan maksimal dan mampu beradaptasi dengan kecepatan yang dihadirkan oleh teknologi cloud computing. Terlebih pada lingkup pengelolaan identitas dan manajemen akses, satu kesalahan konfigurasi memungkinkan cybercrime menyusup hingga ke seluruh lingkungan cloud.

Baca juga: 4 Alasan Kenapa Anda Harus Rutin Update Software?

Teknologi 5G Jadi Tantangan Baru

Adopsi teknologi 5G sudah diterapkan beberapa negara, seperti China, Korea Selatan, Jepang, hingga Amerika Serikat. Peluncuran jaringan 5G akan diadakan secara global, karena dinilai bisa mendukung pemulihan ekonomi pada 2021. Diprediksi pada kurun 2020 – 2025, bisa hadir untuk sektor pelabuhan, bandara, dan pusat logistik. Teknologi 5G dirancang sedemikian rupa sehingga fungsi operasionalnya lebih banyak dialihkan ke perangkat lunak daripada perangkat keras.

Namun, perlu diperhatikan bahwa teknologi 5G jadi tantangan karena potensi serangan siber yang lebih besar. Pihak-pihak yang menyediakan infrastruktur 5G juga diharapkan melakukan pendekatan berbeda, agar jenis serangan pada 3G dan 4G tidak terulang. Jika ada satu hal yang perlu diperhatikan tentang keamanan siber di masa depan, perusahaan perlu bersiap untuk apa yang terjadi dan tidak terduga di masa mendatang. Untuk itu, dibutuhkan latihan dan perencanaan keamanan siber sejak dini.

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya