30 Agustus 2022

Revolusi Industri 4.0 dalam Supply Chain Management

Di tengah gencarnya arus digital, Istilah Revolusi Industri 4.0 semakin kuat terdengar. Mengutip dari laman Forbes, revolusi industri generasi keempat ini bisa diartikan sebagai adanya ikut campur sebuah sistem cerdas dan otomasi dalam industri. Hal ini digerakkan oleh data melalui teknologi machine learning dan AI. 

Secara singkat, dalam industri 4.0, pelaku industri membiarkan komputer saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain untuk membuat keputusan tanpa keterlibatan manusia. Hal ini bisa terjadi lantaran adanya kombinasi dari sistem fisik-cyber, Internet of Things (IoT), dan Internet of Systems, yang membuat Industry 4.0 menjadi mungkin, serta membuat pabrik pintar menjadi kenyataan.  Di Indonesia sendiri, perkembangan Industri 4.0 sangat didorong oleh Kementerian Perindustrian agar Indonesia dapat bersaing dengan negara lain di bidang industri. 

Dalam perusahaan, hadirnya industri 4.0 akan mewakili kemajuan pada tiga poin penting, yaitu digitalisasi produksi, sistem untuk akuisisi data, dan situs dalam rantai pasokan yang komprehensif. Supply Chain dan Logistik merupakan penopang dari industri 4.0 yang harus beradaptasi mengikuti kemajuan dalam tiga poin tersebut. 

Adaptasi dari supply chain dan logistik menjadi sebuah keharusan agar perusahaan dapat bertahan dan terus tumbuh berkembang. Industri 4.0 harus dapat menjalankan fungsi logistik, sehingga supply chain akan tetap menjadi bagian penting dari pergerakan barang, informasi, dan mesin.

Penerapan Internet Untuk Mendukung Revolusi 4.0

Salah satu hal yang penting dalam revolusi industri 4.0 adalah internet. Internet memungkinkan kolaborasi, koordinasi, dan integrasi dalam praktek dilapangan. Dengan adanya internet pihak-pihak pada supply chain bisa membagi informasi serta melakukan transaksi dengan lebih cepat, murah dan akurat. Informasi penjualan di supermarket atau ritel akan mudah bisa dibagi dengan pihak-pihak yang berada di sebelah hulu supply chain dengan menggunakan Internet.

Dalam konteks supply chain, berikut adalah aplikasi internet yang dapat memudahkan proses pekerjaan.

  1. Electronic procurement (E-procurement)
    Contoh: Salah satu model pengadaan yang mendukung hubungan jangka pendek adalah e-Auction yaitu suatu aplikasi untuk mendukung kegiatan lelang yang dilakukan secara elektronik. Pada model ini pembeli bisa mengundang beberapa calon supplier untuk menawarkan harga atas produk dengan spesifikasi dan jumlah tertentu dalam waktu yang telah ditentukan. Supplier dengan harga rendah yang akan dianggap menang. Proses lelang ini dilakukan dengan media Internet. Perusahaan otomotif seperti Volkswagen, GeneralMotors, DaimlerChrysler, dll menggunakan e-procurement secara ekstensif untuk proses pengadaan bahan baku dan komponen, item-item yang masuk dalam kelompok MRO (maintenance,repair, and operations) seperti suku cadang, peralatan tulis kantor, dan sebagainya. e-procurement dapat pula digunakan untuk mendukung hubungan jangka pendek: e-Auction dan hubungan jangka panjang (kemitraan).
  2. Electronic fulfillment (E-Fulfillment) 
    Di bidang e-commerce, e-fulfillment adalah keseluruhan sistem pemrosesan pesanan elektronik, misalnya penyimpanan dan pengiriman. Proses e-fulfillment dimulai segera setelah suatu produk dipesan. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam proses fulfillment adalah menerima order dari pelanggan. Pelanggan bisa memesan produk melalui telepon, fax, e-mail, atau web based ordering, E-fulfillment melibatkan fungsi-fungsi berikut:
  • Penyimpanan barang termasuk manajemen gudang
  • Memilih barang
  • Transportasi barang
  • Pengiriman pesanan
  • Pemrosesan hasil
  • Layanan purna jual

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya